Rekonstruksi Teologi Islam

Description

Secara historis, teologi Islam banyak dipicu oleh persoalan-persoalan politik internal. Di samping itu juga berasal dari kesungguhan dan niat tulus umat Islam untuk memperkokoh keimanan dan mempertahankannya dari berbagai gempuran sekte dan budaya lama. Sebagai kompetitor baru, Islam mendapatkan berbagai gempuran dari aliran-aliran filsafat, agama dan kepercayaan yang ada di sekitar di mana mereka hidup, terutama filsafat Yunani, Yahudi, Kristen dan Zoroaster. Hanya saja, setelah sekian lama teologi Islam masih tetap bersikukuh dengan semata-mata persoalan ketuhanan tanpa menyentuh persoalan kemanusiaan. Konstruksinya bersifat teosentris di mana Tuhan menjadi pusat kekuatan dan kekuasaan yang dirumuskan secara metafisik-spekulatif

Sementara itu, umat Islam sekarang hidup dalam rentang waktu yang sangat jauh. Mereka mempunyai tantangan aktual-eksistensial zaman yang lebih kompleks. Jika demikian, persoalan serius yang harus dijawab adalah bisakah teologi Islam menjadi ilmu yang diharapkan mampu mengadakan berbagai proses transformasi sosial? Formulasi teologi yang bagaimanakah yang memungkinkan dijadikan basis transformasi sosial? Terhadap pertanyaan seperti ini tentu kita masih banyak berharap bahwa teologi mampu melakukan hal itu. Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah dengan cara teologi Islam, sebagai sebuah disiplin, harus menyesuaikan dan mengaitkan diskursusnya dengan perkembangan kehidupan manusia. Artinya, diperlukan adanya rekonstruksi teologi. Jika tidak, bisa dipastikan bahwa teologi akan menjadi usang (out of date). Rekonstruksi tersebut haruslah merupakan terobosan baru yang memungkinkan teologi Islam melampui batas-batas tradisionalnya agar lebih segar dan tak berkutat pada isu-isu transendental spekulatif, melainkan lebih reflektif-sosiologis. Dengan kata lain dari Teologi menjadi Teo-Antropologi.